Laman

Kamis, 02 Juli 2015

Puisi dalam kenangan

         Kepergian seseorang memang menyisakan pilu dan kenangan yang mungkin sulit sekali untuk dilupakan. kepergian merekapun dapat membuat inspirasi seseorang untuk membuat sebuah karya, seperti puisi berikut ini. Susunan kata ini didedikasikan seorang ayah untuk putranya yang telah tiada. kesedihan yang mendalam tampak terlihat pada puisi nya. Kini sang ayahpun sudah berpulang menghadap Sang Pencipta selang beberapa bulan kepergian sang anak karena sakit yang dideritanya. Sangat berharap Allah SWT melapangkan kuburnya, mengampuni kekhilafannya dan menempatkannya di Jannah. Aamiin

                 TERCENGANG

Saat panjang lewati waktu
Aku tak tahu sungguh siapa dirimu
Yang aku tahu, aku tak mau tahu
Kalau kau lebih tahu, aku bilang "sok tahu"

Saat berpuluh kawanmu datang
Dari hulu sampai seberang
Baik yang dulu sampai sekarang
Bercerita tentang dirimu
Banyak kisah yang mereka kenang
Bahwa dirimu bukan orang sembarang
Aku tinggal diam tercengang

Katanya ....
Bagimu tidak ada jalan buntu
Sanggup berpacu dengan waktu
Bahkan batu ditangan menjadi debu
Tapi tak segan dalam berbantu

Kekagumanku datang terlambat
Segala tentangmu sudah terpegat
Sampai predikat lajangpun masih tersemat
Karena tak ada lagi waktu merapat
Pada belahan jiwa yang didamba sangat

Ah ...
Ingin rasanya ada satu saat
Dimana kita dapat ulang berdebat
Dengan saling menatap hormat


PANTAI

Ku panggil namamu di atas batu
Tertiup angin 
lalu berdesir 
 
Ku tulis namamu di atas pasir
Tersapu pmbak
lalu mencair

Kutemukan dirimu terbujur kaku
di pinggir pantai
pahit dan getir

Sungguhkan perjalananmu 
Sudah berakhir



SISA ENERGI

Hai bujang ...
Ada perempuan bertandang
Rambut tertutup, bersepatu bergaun panjang
Menabur halaman dengan rupa-rupa kembang
Sirami bilikmu dengan air mawar
Dan menggenggam tanah merahnya sebagai penawar
seiring memadu harap dengan penuh getar

Hai bujang ...
Perempuan itukah yang acap kau tuturkan 
Yang namanya kau sebut seperti lukisan
Sebuah keris pusaka bersulam sutra
Yang menggiring pikir tegakkan kepala
Sehingga kau teguhkan niat 
Berbagai bingkai menyatu rencana

Hai bujang ....
Tualang gagah yang tak kenal menyerah
Kali ini kau harus tabah mengalah 
Istirahatlah ...
Tinggalkan ingin, resah dan gelisah
Buang emosi sisakan energi
Untuk temani jiwa disaat sepi
Merangkai kata menjadi puisi
Atau membalut luka mengikis duka
Menyusun kata menjadi doa

Hai bujang ...
Tentulah dirimu sudah berselimut damai
Dan kiranya tak ada lagi yang masih tergadai
Kala tak ombak tak juga badai
Lepaskan ia berbiduk
Agar menepi di lain pantai

Puisi karya Alm. Guntur Maddukat Attaram